Senin, 10 Agustus 2009

HARLEY DAVIDSON FOR SALE...!

Dijual Harley Davidson Sportster 1962 883 cc
Harga Rp 45 Juta

Ada teman menjual HDnya. Kalau berminat tulis di komentar aja ya... tinggalkan alamat email atau nomor HP. thanks.




Sabtu, 01 Agustus 2009

Prambanan: Proyek 1000 Candi




Minggu, 12 Juli 2009

Sebutan proyek 1000 candi sering kami gunakan untuk menyebut tugas dadakan yang sering diberikan dari pimpinan di kantor. Maklum tim kerja kami selalu menjadi harapan terakhir setiap ada hal yang tidak jelas, tidak tahu harus diapakan dan harus selesai segera.

Cerita 1000 candi pasti sudah didengar oleh orang Indonesia di seantero negeri. Adalah Bandung Bondowoso dan Loro Jonggrang yang menjadi tokoh utama dalam kisah itu.

Loro Jonggrang adalah putri Prabu Boko
-raja jahat yang mati dibunuh Bandung Bondowoso- yang memberi syarat kepada Bandung Bondowoso untuk membangun 1000 candi dalam satu malam jika ingin menikah dengan dirinya. Bandung Bondowoso lantas mengerahkan pasukan jin untuk membantunya.

Menjelang matahari terbit, Bandung Bondowoso nyaris berhasil menyelesaikan tugasnya. Khawatir akan keberhasilan Bandung, dan tidak ikhlas menikah dengan orang yang membunuh ayahnya, maka Loro Jonggrang meminta bantuan wanita di desa untuk memukul penumbuk padi. Tujuannya supaya ayam jago berkokok dan mengakhiri kepanikan itu dengan kekalahan Bandung.

999 jumlah candi yang berhasil dibuatnya. Mengetahui kecurangan Loro Jonggrang , Bandung pun murka dan mengutuknya menjadi arca candi ke seribu. Tak hanya itu, para wanita di desa itu juga dikutuk menjadi perawan tua.

Kisah itu yang menjadi legenda 1000 candi di kompleks Prambanan. Perjalanan dari Jogja ke Prambanan tidak memakan waktu lama. Sekitar 30 menit dari Prawirotaman melalui Ring Road Utara mengambil arah ke Solo.

Selain wisata kompleks Prambanan, jika anda ingin mengambil paket, loket menyediakan tur Prambanan - Candi Boko. Tidak terlalu mahal.

Ups, ternyata kamera dikenakan pungutan Rp 1.000 untuk kamera foto, dan Rp 3.000 untuk kamera video. Tapi harga itu tidak sebanding dengan keindahan purbakala yang bisa diabadikan untuk memuaskan hasrat narsis dan unggah foto di facebook.

Panas terik akan menemani perjalanan wisata anda di kompleks Prambanan. Kacamata hitam, topi lapangan dan sebotol air minum menjadi benda wajib para pelancong.

Suasana Prambanan saat kami tiba masih dalam proses rehabilitasi pasca gempa. Gempa yang sempat mengguncang Jogja beberapa waktu lalu itu juga sempat meluluhlantakkan beberapa bagian candi di kompleks Prambanan.

Beberapa rombongan wisatawan tampak sibuk mengabadikan kemegahan candi Whisnu. Ada sekelompok mahasiswa pariwisata yang sibuk menjelaskan kisah candi ini kepada turis asing. Anak kecil berlarian menghindari panas matahari. Orang lanjut usia berusaha meniti tangga demi tangga dibantu anak dan cucunya.

Sementara itu, di kejauhan petugas keamanan mengawasi lingkungan untuk menjamin kenyamanan kami semua. Dari atas anjungan foto tampak sekelompok orang menjajakan jasa foto kilat. Menjelang pintu keluar terlihat pedagang kaki lima menawarkan cinderamata.

Suasana yang harmonis, semua hidup berdampingan, saling membantu. Angin menyapa lembut, betapa damai dan indahnya Indonesiaku ini.

Kompleks Prambanan terdiri dari banyak candi. Disebut candi Prambanan karena lokasinya berada di daerah Prambanan. Wisata yang tidak mahal, menarik, penuh dengan pesan moral, peninggalan purbakala yang sangat berharga warisan nenek moyang bangsa.

Menuju Jogja dari Salatiga


Sabtu, 11 Juli 2009

Perjalanan "kereta tua" terasa agak melambat saat kami memasuki kawasan perbukitan di sekitar Salatiga. Rute Kopeng yang indah dan menantang itu terpaksa kami ikhlaskan dan kami pun memilih jalur konvensional melalui pertigaan Bawen menuju Magelang.Toh tidak ada yang bisa kami lihat di Kopeng karena gelap malam sudah turun menyelimuti langit Jawa.

Salatiga sebenarnya tidak ada di agenda perjalanan kami. Tapi, salah satu mantan bos saya ada yang mengisi usia pensiunnya di kawasan perbukitan di sana. "Kami membuka café dan menjual tanaman hias," ujarnya ramah saat menerima kedatangan kami. Rumah asri disulap menjadi café yang bersebelahan dengan kebun pembibitan tanaman hias. Kedatangan kami memang satu hal yang mereka tunggu di hari itu.

Suara muadzin terdengar sayup melantunkan baris terakhir adzan magrib. Di SPBU terdekat, mobil tua ini pun menepi. Dalam hening kami bersujud kepada Yang Maha Kuasa.

Malam itu kami merasakan dua hal yang kontradiktif. Pertama, semangat advonturir untuk menembus gelap kota-kota di Jawa Tengah, antara Salatiga dan Jogjakarta. Kedua, rasa lelah yang sudah mulai mengikis rasa keingintahuan kami.

Jalan berliku dan mendaki mengantar kami menuju Magelang. Tak terasa, kami sudah berada di antrian kendaraan yang mulai tampak menjelang pusat kota Magelang. Suasana di tengah kota pun terlihat ramai. Hiruk pikuk manusia memadati alun-alun menambah kesibukan beberapa Polantas mengatur jalan. Agak semerawut dan membingungkan, tapi semua orang terlihat senang.

Arah menuju Jogja menghilang. Kami pun kehilangan petunjuk. Jalan menyempit dan menjadi satu arah. "Lurus," kata hati saya meyakinkan diri.

Lumayan melegakan saat kami melihat papan penunjuk arah menuju candi Borobudur. "Kita berada di jalan yang benar," ujarku. Laju menuju Jogja.

Tak banyak yang bisa dilihat karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tapi tidak demikian dengan kondisi di jalan Malioboro, masih ramai. Jadi ingat lantunan lagu KLA Project..Ramai kaki lima, menjajakan sajian khas berselera, orang duduk bersila...

Prawirotaman 2, kami disambut gapura keramik yang mencantumkan nama-nama penginapan di jalan itu. Ide yang bagus untuk penunjuk jalan di tempat wisata. Sebuah rumah tamu di jalan itu menjadi tempat kami menginap. Bagi yang belum tahu, sebagai gambaran suasana di Prawirotaman persis seperti kawasan jalan Jaksa di pusat kota Jakarta. Banyak turis backpacker yang memilih guest house di kawasan ini. Faktor harga dan ketenangan menjadi pilihan yang diunggulkan di lingkungan ini.

Waktu istirahat untuk kami dan kereta tua kami Lancer 1983.