"Ya Allah janganlah Kau turunkan hujan dan selamatkan kami dari semua mara bahaya", doaku sesaat sebelum menyalakan sepeda motor dan berangkat menembus udara malam menuju Anyer.Touring ke luar kota menggunakan sepeda motor bukanlah hal yang baru bagi para bikers terutama di saat liburan atau akhir pekan. Sayup terdengar Redemption Song Bob Marley dari salah satu scooter peserta mempertegas nuansa kebebasan di kalangan bikers.
Kalender akhir pekan pertama April 2007 menarik perhatian para bikers untuk melakukan touring tentu karena ada tanggal merah di situ. Kali ini PMC didukung oleh Pelumas Pertamina menggelar touring Enduro 4T Racing Anyer Tour 2007. Pesertanya tidak tanggung-tanggung, mencapai lebih dari 100 motor. Touring dilepas oleh Manajer Retail Marketing Pelumas Hasto Wibowo dari kantor pelumas di Simpruk, Jakarta.
Jalan malam bagi kelompok bikers dengan jumlah sedikit memang mengasyikan karena cuaca tidak panas dan relatif lancar. Situasi menjadi menegangkan bila jumlah motor lebih dari 30 buah apalagi mencapai lebih dari 100 sepeda motor. Tingkat risiko sangat tinggi. Aba-aba road captain tidak terlihat, banyaknya lobang di jalan dan yang paling penting kita harus pandai menjaga jarak dengan motor didepannya. Kondisi ini bertambah kesulitannya bila rasa kantuk menyerang. Sering terjadi jarak antar motor terlalu dekat sehingga berisiko terjadi tabrakan beruntun dan motor dapat saling berjatuhan. Untuk menyikapi hal ini, keandalan pengendara dan ketangguhan sepeda motor menjadi faktor utama yang harus diperhatikan.
Untuk sepeda motor, terutama mesinnya, para bikers peserta touring menggunakan pelumas Enduro 4T Racing. Otomatis keandalannya sudah tidak perlu diragukan lagi. Anto, salah satu peserta, mengatakan bahwa dalam turing ini Enduro 4T Racing bagus. ”Tidak slip kopling, respon enak dan cepat, bahan bakar irit, tidak ada kendala di mesin, dan untuk mesing suaranya halus,” ujarnya. Ia mengakui bahwa dirinya memang mengharapkan Pertamina memproduksi oli dengan SAE 10W 40 karena ia biasanya pakai Prima XP atau Fastron. ”Kalau sekarang ada Enduro 4T 10W 40 saya akan pakai,” tegasnya mantap.
Dari beberapa kelompok motorist yang bergabung dengan rombongan PMC (Pertamina Motor Club) tampak sebuah 'gang' yang menamakan SOC (scooter owner club) atau lebih dikenal dengan sebutan Vespa Balaraja.
Kelompok ini mendesain Vespanya dengan beraneka bentuk ada yang memiliki side car berwarna loreng, Vespa dengan panjang mencapai lebih dari 2 meter, tidak dicat sehingga tampak sangat 'ugly'. Tidak pernah terbayang bahwa ada festival motor terjelek tiap tahunnya. Unik, sebuah motor yg dilengkapi dengan tape bak motor Harley tipe Road King. sesuai dengan bentuk motornya lagu2 "Song of Freedom" dari Bob Marley terdengar nyaring dari Vespa butut.
"Mas mohon maaf saya terpaksa mohon pamit karena akan menuju Palembang siang ini", demikian pamit pak Unang kepada kami. "Palembang ???? naik motor ini???", decak kagum penulis. Bagi kelompok ini memang penganut "destination is nothing, journey is everything".
Kota Lama Terlupakan
Perjalanan pulang tidak kalah serunya dibandingkan dengan perjalanan waktu berangkat menuju Anyer. Perjalanan kali ini meninggalkan banyak kesan bagi kami. Sejak dimulainya penggunaan jalan tol Jakarta Merak maka banyak kota yang tidak pernah kita singgahi bila kita akan bersantai di pantai Carita. Kota-kota tersebut pada jaman dulu terkenal karena macetnya. Simpul kemacetan terbentuk karena jalan ramai melewati pasar tumpah, terminal angkutan umum dan kadang juga stasiun kereta api. Kondisi jalan diperparah dengan lalu lalangnya truk besar dan container pengangkut barang.
Tigaraksa, Cikupa, dan Balaraja adalah kota-kota setelah kota Tangerang yang sarat dengan kemacetan. Aroma busuk dari pasar tradisional, debu beterbangan dan kemacetan mewarnai perjalanan di siang hari. Pada malam hari, suasana tidak begitu terasa hanya 'wangian' pasar tradisional masih tercium.
Kota- kota ini seakan manjadi kota tua yang terlupakan karena kita hanya kita baca pada papan petunjuk jalan berlatar belakang hijau di jalan tol. Namun bila kita mengendarai motor maka kita seakan kembali 'menemukan' kota terlupakan tersebut.
Anyer - LabuanWarna biru laut, ombak putih, nyiur melambai yang memecah dipantai membuat perjalanan semakin indah menyenangkan. terlebih bila kita riding di pagi atau sore hari. Cahaya lembayung sore hari, udara pantai yang bersih yang melenakan. Pemandangan pantai memang tidak pernah membosankan.
Berbagai bentuk hotel dan villa mulai dari nuansa Bali, mediteranian, hingga bertemakan tradisional menghiasi kiri kanan jalan menuju Carita. Jalan sepi, mulus dan cukup lebar menambah kenyamanan bermotor ria sepanjang jalur ini.
Trayek Anyer Labuan memang merupakan rute yang paling favorit bagi para bikers. Alam ciptaan Illahi ini nampak tenang dan damai. Aroma laut yang kaya akan garam seakan membelai pori-pori tubuh. Biarkan helm kita terbuka agar wajah kita juga dibelai udara laut. Udara jernih lebih terasa melonggarkan pernafasan bila kita nikmati diatas sadel motor. Memang tidak salah ungkapan para bikers: "Suasana tampak indah dan berbeda bila dinikmati di atas sadel motor".
Labuan - RangkasPemandangan pantai yang indah berubah menjadi alam dataran rendah perbukitan yang didominasi oleh kehadiran sawah menguning setelah melewati kota Labuan menuju Rangkasbitung. Trayek ini cukup bagus untuk dilewati karena jalan cukup lebar, berbukit, berkelok dan tidak terlalu ramai. sangat berbeda situasinya dibandingkan trayek Tangerang - Serang yang berdebu.
Walaupun jalur ini boleh dibilang mulus namun lagi-lagi harus waspada karena lobang jalanan kadang menjebak bagi para motorist. Labuan Rangkasbitung berjarak kurang lebih 58 Km. Bagi rombongan besar maka kecepatan disarankan tidak lebih dari 60 km/jam.
Rangkasbitung - BogorPerjalanan dari Anyer kembali ke Jakarta dimulai pukul 13.30 dengan memilih jalur tengah yaitu Carita, Labuan, Rangkasbitung, Bogor dan kembali ke Jakarta via Parung. Lepas kota Rangkasbitung sekitar pukul 5.00 sore hari. Mendung menggantung tetap membayangi perjalanan kali ini.
Jalanan tampak sepi dan mulai memasuki perkebunan kelapa sawit. Hanya rombongan PMC saja yang melewati wilayah pegunungan ini. Hujan gerimis masih turun sehingga membatasi jarak pandang. Jalan yang tampak mulus namun selalu menyediakan lobang dalam bagi yang tdk waspada.
Langit berwarna lembayung mulai menjadi lebih gelap dan gelap. Tampak bayangan pegunungan sekilas tersinari sisa cahaya mentari. Suasana tampak hening dan sedikit mencekam.
"Jalanan baru saja selesai diaspal, warnanya merah", demikian komentar Boim menceritakan pengalamannya. ini hanyalah sebuah joke karena sisa tanah merah melapisi aspal. Tanah merah ditambah hujan membuat perjalanan sangat berbahaya. "Ya Allah janganlah Kau turunkan hujan dan selamatkan kami dari semua mara bahaya", doaku. Bagi penulis kondisi ini bak jalan di lantai licin yang bersabun, sangat berbahaya. Motor sportster yang mempunyai berat hampir 200 kg terasa tidak stabil dan beberapa kali bergeser ketika melintasi tanah becek. kondisi ini diperparah kondisi rem belakang yang tidak berfungsi sejak lepas kota Labuan. bahkan sempat terseret ketika rem disc bagian belakang terlepas dari posisinya dan terseret di jalanan.
Sekilas masih terbaca jarak tempuh melalui patok di pinggir jalan 98 km lagi menuju Bogor. Patok demi patok kadang terbaca 74, 71, 60 km dan akhirnya patok-patok tersebut tidak terbaca lagi karena gelap menyelimuti perjalanan.
Di tengah hutan tersebut terlihat cahaya lampu kuning yang bearti lampu sebuah kota. penulis berharap inilah kota Jasinga tempat rombongan akan beristirahat. Ternyata setelah dekat lampu kuning hanya beberapa buah dan perjalanan baru mencapai kota kecil Cipanas. Setelah itu kembali memasuki wilayah hutan gelap lagi. Menjelang waktu Isya kembali terlihat cahaya kuning dari balik hutan. dan ternyata benar rombongan telah memasuki kota Jasinga. sebuah kota kecil di barat Bogor. Dari patok arah pinggir jalan, jarak menuju kota Bogor 43 km. walaupun sedikit mencekam, rombongan PMC beberapa kali berpapasan dengan kelompok motor yg akan menuju Rangkasbitung.
Perjalanan sangat berkesan. Sekali lagi "destination is nothing, journey is everything".