Wilayah Kampung Baru Tengah, Balikpapan Barat sempat dikenal sebagai wilayah yang kumuh dan penuh dengan sampah. Setiap orang yang datang ke wilayah itu harus pasrah disambut dengan bau kurang sedap yang berasal dari sampah di kolong-kolong rumah pemukiman atas air. Pemandangan ini tentu sangat bertolak belakang dengan kota Balikpapan yang menyandang gelar kota tertib, teratur, aman dan bersih.
Kondisi kampung itu sendiri memang kurang menguntungkan. Posisinya yang berada di atas air dan disanggah oleh pondasi berupa balok-balok kayu sehingga kolong dibawah tempat tinggal mereka ‘secara alamiah’ menjadi tempat berkumpulnya sampah. Hal ini biasanya terjadi saat air laut pasang. Sampah pun mengapung di pemukiman yang terbuat dari kayu di kawasan Teluk Balikpapan ini. Dan jika air laut surut, meninggalkan sampah berserakan di berbagai sudut dan membusuk.
Disamping ‘faktor alam’ tadi memang diakui masyarakat di wilayah tersebut sudah terbiasa untuk membuang sampah sembarangan. Setiap hari, masyarakat terbiasa membuang sampah rumah tangga di kolong rumah yang juga merupakan kawasan pantai. Sehingga menumpuklah sampah dari warga kampung yang jumlahnya mencapai sekitar 29 ribu jiwa yang pekerjaannya kebanyakan sebagai pedagang dan nelayan. Mereka terbagi dalam 20 rukun tetangga.
Ahmad Efendi, ketua Forum Komunikasi Masyarakat Baru Tengah (FKMBT), menjelaskan bahwa sampah yang ada di perkampungan ini belum pernah ditangani secara optimal baik dari pihak pemerintah daerah maupun swasta yang peduli lingkungan tersebut. ”Melihat kondisi seperti ini, kami coba untuk mengajak Pertamina Unit Pengolahan V yang lokasinya dekat dengan kami,” ungkapnya.
Sebagai penanggungjawab soal kebersihan lingkungan di kampung Baru Tengah, Ahmad Efendi selanjutnya mengajukan proposal dengan dukungan dari lurah dan tokoh masyarakat setempat. ”Kami sangat bersyukur karena Pertamina mengabulkan permohonan kami dan memberikan dana sebesar Rp. 100.935.000,- ” ujarnya.
Dengan dana tersebut, kata Ahmad Efendi, ia bersama 21 orang remaja setempat membentuk kelompok kebersihan. Dana itu dimanfaatkan untuk memberli peralatan kebersihan seperti gerobak, sepatu bot, sarung tangan, alat keruk, dan lain-lain. Selain itu, kata Efendi, Pertamina juga membantu 300 buah tong sampah. Efendi menjelaskan bahwa remaja yang direkrut untuk pekerjaan ini adalah mereka yang belum memiliki pekerjaan tetap.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dengan dana tersebut kontraknya dengan Pertamina adalah selama tiga bulan. Ini artinya setelah masa kontrak itu habis, mereka bersama-sama warga di sana bahu membahu melanjutkan apa yang sudah dirintis bersama Pertamina. ”Kami akan adakan kerja bakti dan menggerakkan swadaya masyarakat sekitar,” ujarnya.
Menurut Efendi, kini masyarakat paham akan pentingnya kebersihan. ”Dan kami menilai kepedulian Pertamina terhadap kebersihan lingkungan sangat besar. Banyak masyarakat bilang jika Pertamina tidak turun tangan membantu maka soal kebersihan di kampung ini tidak bisa selesai,” ujarnya.
Hal senada juga diutarakan oleh Lurah Baru Tengah Subandriyo. Ia menegaskan bahwa masyarakat harus membiasakan diri untuk tidak membuang sampah ke laut lagi. ”Ini himbauan kami kepada masyarakat Baru Tengah,” ujarnya. Subandriyo menambahkan bahwa salah satu motivator gerakan kebersihan di Balikpapan adalah dengan dikeluarkannya Perda No. 10 tahun 2004 tentang kebersihan lingkungan. Dengan diberlakukannya Perda tersebut, untuk membuang sampah, warga harus melakukannya di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang telah ditentukan dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 18.00 sore. Subandriyo menegaskan bahwa jika ada yang ketahuan membuang sampah sembarangan maka akan dikenakan hukuman denda sekitar Rp. 5 juta atau kurungan selama 3 bulan. ”Sekarang masih dalam tahap sosialisasi,” jelasnya.
Sebagai lurah di Baru Tengah, Subandriyo menyatakan bahwa pihaknya beserta para tokoh masyarakat bersyukur atas adanya perhatian dari Pertamina UP V. Ia mengatakan bahwa tokoh masyarakat sangat senang karena diberikan kesempatan untuk melihat langsung kegiatan di dalam Kilang UP V. ”Para tokoh masyarakat sangat antusias dan jadi tahu apa yang dikerjakan oleh Pertamina. Ooh, ini bahaya, jadi kita jangan main api,” tuturnya.
Subandriyo mengatakan bahwa selain bantuan di bidang kebersihan lingkungan, Pertamina juga memberikan penyuluhan tentang kesehatan, bahaya kebakaran, bantuan abate, dan air bersih. Kata Subandriyo, bantuan air bersih dari Pertamina sangat membantu terutama saat mengalami kekeringan pada akhir 2004 yang lalu. ”Warga di sini mengandalkan air dari sumur tadah hujan dan PDAM. Tapi waktu itu tidak ada hujan dan air PDAM mati,” ujarnya.
Ke depan, warga berharap, Pertamina dapat menjaga keamanan atau unsur safety dari kegiatan operasinya. Selain itu, warga juga mengharapkan adanya kesempatan pemberdayaan masyarakat sebagai tenaga kerja di kilang Pertamina. ”Misalnya ada lowongan jadi cleaning service atau apa saja,” ujar Ahmad Efendi. Lurah Baru Tengah ini menambahkan bahwa banyak dari anak-anak usia sekolah di daerahnya yang terpaksa putus sekolah karena terbentur masalah biaya.
Kini, warga sudah mulai berbenah. Masyarakat setempat yang terhimpun dalam Forum Komunikasi Masyarakat Baru Tengah (FKMBT) bertekad menjadikan kampungnya bersih. Masyarakat bergotong royong membersihkan pemukimannya, agar menjadi kampung sehat dan bersih.
Tugas membersihkan bukanlah persoalan sulit karena bisa dikerjakan secara bergotong royong. Tetapi tugas yang jauh lebih berat adalah mengubah budaya yang sudah lama tertanam. Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan di kolong rumah harus dihapuskan mulai saat ini. Namun demikian, dengan semangat kebersamaan untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman memberikan harapan baru bagi masa depan kampung Baru Tengah. Saatnya untuk berubah, saatnya warga Baru Tengah berbenah.
(adp_Feature Reportase_Diterbitkan 2005)
Sabtu, 18 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar