Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman…
(Kolam Susu; Koes Plus)
Lirik lagu Koes Plus tersebut sangat cocok dinyanyikan saat anda berada di daerah Kamojang. Saat kaki menapak di tanah Kamojang, Jawa Barat, maka kesan pertama yang ditangkap adalah lingkungan yang asri, indah, sejuk, dan nyaman. Posisinya yang berada di dataran tinggi pun menunjang kondisi alamiah tadi. Sejuknya udara Kamojang tentu akan memberikan kesan yang mendalam bagi siapapun yang menghirupnya.
Di kawasan ini kita betul-betul dimanjakan oleh alam. Bayangkan saja, dari hasil buminya yang subur, masyarakat setempat dapat bercocok tanam dan beternak. Dari iklimnya yang asri masyarakat juga dapat mengembangkan usaha di sektor wisata alam. Dari perut buminya pun, kita mendapatkan manfaat yang luarbiasa dari potensi panasbumi yang terdapat di wilayah ini.
Untuk bercocok tanam, masyarakat kebanyakan bertani kentang dan kol. Tanaman jagung dan kacang-kacangan juga dikembangkan oleh masyarakat. Pengelolaannya dikoordinir oleh Karang Taruna setempat. Koordinator Karang Taruna Dadan Hendra menjelaskan bahwa bidang pertanian di Kamojang sebenarnya cukup bagus tapi sangat gambling karena fluktuasi harga tergantung pasar.
Di sektor peternakan, masyarakat juga mendapatkan hasil yang cukup lumayan. Menurut Dadan budidaya domba, ikan hias, ikan konsumsi, itik dan kelinci hasilnya lumayan. Memang untuk peternakan di sini sangat cocok, seperti rumput dan sumber daya alam memungkinkan.
Dadan mengatakan bahwa di desanya ia bersama rekan-rekan Karang Taruna melaksanakan usaha pengembangbiakan domba Garut. “Dari awal penggemukan, domba dijual hidup awalnya. Tapi untuk jual hidup juga tergantung pasar, jadi kami sekarang diarahkan untuk budidaya,” katanya.
Domba Garut memiliki kualitas daging lumayan besar dan nilai ekonominya sangat tinggi. Dadan menjelaskan bahwa minat konsumen terhadap domba Garut bervariasi. Mulai dari nilai seni, untuk domba aduan, sampai pemanfaatan dagingnya yang sangat besar. Domba Garut memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Dari bobotnya saja, domba Garut sudah memiliki keunggulan. “Beda dengan domba sayur, yang beratnya sekitar 14 sampai 20 kg, kalau domba Garut bisa mencapai 90 sampai100 kg per ekor,” paparnya.
Melihat keunggulannya ini, maka dari sisi harga tidak perlu diragukan lagi. Harga domba Garut jantan yang usianya satu tahun dengan bobot 30 sampai 40 kg berada pada kisaran satu juta rupiah. Dadan bertutur bahwa untuk sekali penjualan bisa mencapai 10 sampai 20 ekor. Ia menambahkan bahwa untuk domba Garut kami adakan seleksi terlebih dulu, kalau ada yang bagus kami tahan sampai usianya satu tahun lebih karena kalau dijual bisa mencapai dua sampai tiga juta perekor. “Ada bandar dari kota yang ambil ke sini,” katanya.
Iklim Kamojang ternyata juga cocok untuk beternak kelinci dan itik. Dadan mengatakan bahwa untuk anak kelinci kami jual hidup untuk dipasarkan. Hasilnya juga lumayan. Kelinci per ekor yang masih berumur dua bulan bisa laku dijual dengan harga sekitar Rp. 7.000,-. “Sekali jual bisa mencapai sekitar 100 ekor,” ujarnya. Belum lagi itik yang bisa memberikan hasil dari daging dan telurnya.
Anugrah alam belum berhenti di sini. Alam masih memberikan belaiannya kepada masyarakat Kamojang dalam beternak ikan air tawar. Untuk budidaya ikan, kebanyakan ikan nila sejenis kakap warna hitam untuk dimakan. Sedangkan untuk ikan hias ada Discus dan jenis ikan hias yang ada dipasaran. Dadan bercerita bahwa panen ikan dilakukan setiap enam bulan. Satu kolam sebesar satu hektar bisa menghasilkan sembilan kwintal. “Khusus untuk ikan kami ikut anggota asosiasi peternak ikan air tawar, maka kita salurkan ke sana,” jelasnya.
Ternyara anugrah alam, sekali lagi belum selesai sampai di sini. Dadan dan masyarakat setempat masih bisa mendapatkan hasil sampingan dari usahanya dalam beternak. “Sejak 2002 kami dibina dan mendapatkan ilmu baru dari Pertamina terutama dalam hal pemanfaatan kotoran hewan,” ungkapnya.
Pemanfaatan limbah kotoran hewan untuk pupuk hasilnya cukup lumayan. Kotoran ternak ini difermentasikan dan harga jual jadi lumayan mahal. “Kalau kami biasa panen pupuk satu karung itu Rp. 3.000,- , sekarang dengan ilmu yang kami dapat, kotoran hewan sudah diolah bisa mencapai harga Rp. 15.000,- per karung,” ujarnya. Ditambah lagi dengan kencing kelinci untuk pupuk yang satu liter diberi harga Rp. 1.000,- . Dalam satu minggu bisa memproduksi 60 liter.
Pemberdayaan masyarakat, kata Dadan, berawal dari keprihatinan perusahaan (baca: Pertamina) terhadap remaja Kamojang yang saat itu masih banyak yang tidak bekerja. “Daya tampung perusahaan untuk menerima pekerja juga terbatas,” ujarnya. Berangkat dari keprihatinan inilah, Pertamina Kamojang melakukan pembinaan terhadap Karang Taruna setempat agar bisa menghasilkan pendapatan secara mandiri. “Total bantuan Pertamina sekitar Rp. 115 juta ,” kata Dadan.
Sekarang melalui pemberdayaan masyarakat ini, kata Dadan, banyak remaja yang bisa merasakan hasilnya. Ia memaparkan bahwa untuk penjualan yang paling menguntungkan dari domba. Dalam sebulan hasil penjualan bisa Rp. 300 ribu sampai Rp. 400 ribu per orang “Itu penghasilan kotor,” katanya.
Untuk mengelola domba ada satu kelompok yang terdiri dari 20 orang. Untuk kelinci ada dua kelompok yang anggotanya berjumlah 15 orang. Pengelolaan ikan ditangani oleh 10 orang, ikan hias 10 orang, balai bibit 8 orang. Selain itu, anggota Karang Taruna juga dididik untuk membuka usaha bengkel yang ditangani oleh delapan orang anggotanya. Secara keseluruhan, dengan perkembangan usaha yang begitu pesat, hingga saat ini sudah mencapai sekitar 90 orang yang kini bisa merasakan manfaatnya.
Dadan menuturkan bahwa sistem pembagian hasil penjualan ada penyisihan untuk biaya pemeliharaan. “Di karang taruna juga ada koperasi yang menampung sebagian kecil dari keuntungan untuk masa depan,” katanya.
Bantuan yang kami terima dari Pertamina, kata Dadan, dimanfaatkan untuk modal. “Domba untuk per orang Rp. 3,6 juta dikali 20. Kami kolektifkan untuk dibangun dan dikelola sama-sama,” katanya. Dan setiap bulannya, masing-masing ketua kelompok melaporkan hasilnya.
Selain bantuan modal, katanya, mereka juga mendapatkan pelatihan di bidang menjahit, komputer dan bengkel. “Kami sangat bersyukur karena masyarakat Kamojang sangat membutuhkan bantuan ini dan hasilnya sangat membantu sekali,” tuturnya. Masyarakat juga mendapatkan kelonggaran dari Pertamina dibawah Rp. 5 juta tanpa jaminan. Angsuran tergantung kemampuan. Ada yang satu tahun (untuk yang nominal kecil) lebih dari Rp. 3 juta mencapai 2 tahun. Sedangkan untuk Rp. 5 juta ke atas mencapai 3 tahun. “Harapan kami ke depan, “kata Dadan,” kegiatan seperti ini agar dipertahankan atau kalau perlu ditingkatkan. Masih ada beberapa rekan putri kami yang putus sekolah dan belum terpikirkan apa kegiatan yang cocok untuk mereka.”
Dadan mengatakan bahwa masyarakat sekitar sini menanggapi kegiatan pertamina dengan positif. Pertamina sangat akrab sekali dengan karyawan, juga tidak dianggap sebagai pendatang. Pertamina dianggap sebagai saudara dan sering membantu masyarakat kalau ada yang sakit utnuk pinjam kendaraan dan fasilitas pengobatan massal. Dadan mengatakan bahwa kadang ada saat emergency . “Kami paling berani ke Pertamina untuk pinjam mobil ke dokter. Kami anggap pertamina sebagai warga Kamojang sendiri,” katanya.
)adp_Feature Reportase_Diterbitkan2005)
Sabtu, 18 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar