Siang itu situasi rumah makan yang terletak di Jl. Marsma Iswahyudi No. 356 Balikpapan tidak begitu ramai. Hanya beberapa pelayan yang siap menunggu kedatangan pembeli. Saat kami tiba di pintu masuk rumah makan itu, seorang pelayan dengan ramah menerima kami dan mempersilahkan untuk memilih jenis makanan hasil laut dari sebuah kotak pendingin. Ikan dan udang di dalamnya tampak segar dan enak untuk dimakan.
Setelah selesai memesan, kami dipersilahkan duduk dan menikmati kelapa jahe. Entah minuman jenis apa itu, namun yang jelas salah satu dari mereka mengatakan, ”Ini ciri khas kami, rasanya hangat dan segar. Silahkan mencoba.” Kami pun menikmatinya sambil melihat pemandangan sekitar yang rindang. Lokasinya tidak jauh dari Bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Tak lama berselang, seorang pria paruh baya datang menghampiri dengan senyum ramah ia memperkenalkan dirinya, ”Selamat siang bapak, nama saya M. Tahir.” Saat itu tim reportase Ragam larut dalam percakapan yang penuh keakraban. Usut punya usut, ternyata dia adalah pemilik rumah makan ini. ”Namanya Bumahai singkatan dari Bugis Manado hai hai,” ujarnya sambil tertawa. ”Saya dari Bugis dan istri saya, Yetty, dari Manado.”
Saat itu tim Ragam beruntung karena rumah makan tidak ramai pengunjung. Ia mengatakan bahwa biasanya pada waktunya makan, Bumahai tidak pernah sepi dan selalu penuh. Menurut sumber lain, Bumahai termasuk salah satu rumah makan seafood yang terlaris di Balikpapan. Bahkan rumah makan ini pernah dipercaya untuk menyajikan masakannya untuk tamu negara dan orang nomor satu di negeri ini. ”Waktu itu mereka makan di ruang VVIP Bandara Sepinggan, dan makanan kami kirim ke sana,” ujarnya.
Tak heran jika di dinding terpampang puluhan koleksi foto ‘pengunjung istimewa’ dari berbagai kalangan. Koleksinya meliputi sejumlah artis papan atas, pejabat tinggi militer dari semua angkatan, para panglima dari era orde baru hingga era kini, menteri, termasuk para petinggi dan mantan orang nomor satu di Pertamina. ”Ini sebagai kenang-kenangan,” katanya.
Bicara soal pendapatan, ia mengatakan bahwa pendapatan kasar untuk restoran per bulannya sebesar Rp. 100 juta hanya untuk yang di Balikpapan belum ditambah dengan cabang yang ada di Jakarta. Dan jika pendapatan ini stabil perbulannya, paling tidak pendapatan per hari sebesar Rp. 3 juta.
Untuk upah yang berikan kepada tenaga kerja sebanyak 25 orang, berupa gaji bulanan dan nominalnya tidak sama alias tergantung dengan pekerjaannya. Gaji yang ia keluarkan mulai dari Rp. 500 ribu hingga Rp. 1,75 juta perbulan.
Rahasia Dapur Bumahai
Selain racikan bumbu yang khas, Tahir mengatakan tidak ada rahasia lainnya. Tapi, pria berkumis tebal itu membeberkan kunci rahasia dapur Bumahai. ”Kuncinya adalah mau melayani tamu,” ujarnya. Tahir mengatakan bahwa ia menggarisbawahi kualitas pelayanan yang prima terhadap pembeli. Caranya mudah, Tahir mengatakan bahwa dirinya tak segan untuk menyambut tamu, melayaninya dan mengantarkan sampai ke mobil, selalu tersenyum dan menjaga mutu citarasa. ”Satu hal yang pasti, uang bukan nomor satu,” katanya tertawa.
Ditambahkan bahwa ia melihat potensi di Balikpapan untuk membuka restoran. Karena di kota ini orang banyak uang dan malas masak. Nah, dari situlah ia terinspirasi untuk coba membuka rumah makan. Menurutnya, menu utamanya adalah ikan bakar, karena di Balikpapan ini area geografisnya sangat memungkinkan dan mudah untuk mencari ikan segar. ”Direstoran ini kami menyajikan masakan Bugis dan Manado,” tuturnya.
Bercerita tentang awal usahanya, Tahir mengatakan bahwa awalnya ia sendiri, dimana pertama kali berusaha kadang kala susah karena belum ada yang mau percaya. Tapi ketika ia sudah terlihat maju sedikit, katanya, barulah ada yang datang menawarkan kerjasama. ”Saya melihat pada saat itu dari pihak Pertamina membuka peluang untuk memberikan bantuan kepada pengusaha-pengusaha ekonomi lemah,” katanya.
Secara jujur Tahir mengatakan bahwa dirinya membutuhkan bukan hanya bantuan modal saja tapi juga berupa saran-saran untuk kemajuan usaha. ”Dan mulai dari saat itu saya mulai berkembang,” ungkapnya.
Tahir mengatakan bahwa sampai saat ini ia sudah merintis mulai dari enam meja sampai sekarang sudah menjadi 24 meja. Usahanya pun berkembang. “Terus sekarang ini saya sudah membuka cabang di Jakarta yang dikelola adik dan anak saya,” katanya. Tahir mengatakan bahwa tenaga kerja yang mengelola atau dipekerjakan di restoran Bumahai sebanyak 25 orang. Rumah makan itu terletak di areal parkir Gedung Ratu Prabu, Jl. TB Simatupang Kav. 20, Cilandak, Jakarta Selatan. Lokasinya berdekatan dengan gerbang tol Ampera Barat 2.
Ia menuturkan bahwa apa yang terlihat ini merupakan hasil dari bantuan pihak Pertamina yang pada akhirnya membuahkan hasil. Tapi menurutnya, ini belum dapat dikatakan berhasil. “Karena hingga saat ini saya masih mendapatkan bantuan dari pihak Pertamina,” katanya low profile.
Bantuan yang diterimanya pertama kali dari Pertamina tahun 1998 sebesar Rp. 25 juta. “Karena disesuaikan dengan jenis usaha,” katanya. Dan untuk pinjaman kedua pada tahun 2004 pihak dikucurkan lagi dana sebesar Rp. 50 juta. Dari hasil rumah makan ini, kata Tahir, dirinya sudah dapat memenuhi berbagai kebutuhan. Diantaranya mengenai tempat usaha yang tadinya kontrak, sekarang dapat dimilikinya sendiri
(adp_Feature Reportase_Diterbitkan 2005)
Sabtu, 18 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar